Selasa, 01 Juli 2014

Nyatanya...

Kali ini, aku membawa sebuah kisah. Bukan kisah seindah senja yang mempesona. Hanya kisah biasa, tentang seorang gadis yang sedang jatuh cinta.

Untuk gadis itu, ‘dia’ lah poros hatinya. Pusat dari segala kisah cinta yang sedang ditorehkan oleh waktu. Menyedihkan memang. Mengingat perasaannya tak terbalas. Bahkan tak diinginkan.
Cintanya bertepuk sebelah tangan. Tak ada penolakan. Kebencian dalam tatapan ‘dia’ saat melihat gadis itu sudah menjelaskan semuanya. Bahkan teramat jelas. Hingga terasa menyakitkan.
Gadis itu tetap bertahan. Lelah? Pasti. Menyakitkan? Memang. Tetapi, matanya tak bisa memandang ke arah lelaki lain. Hanya dia. Dia!
Di tengah luka gadis itu tetap bisa tersenyum. Mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja. Tak ada yang perlu dikhawatirkan. Tapi kamu tahu? Gadis itu berbohong. Kebohongan besar yang menyedihkan!
Memandangnya dari jauh. Memeluknya lewat tatapan. Karena, hanya itu yang bisa gadis itu lakukan. Dia bahkan terlalu takut untuk mendekat. Kenapa? Karena, gadis itu tak akan sanggup dengan tatapan ‘mengerikan’ yang ‘dia’ berikan.
2 tahun bukan waktu yang singkat ya untuk mempertahankan cinta yang bertepuk sebelah tangan? Hati gadis itu sudah melebur bersama waktu. Bersama rindu, luka, rasa sakit, juga air mata.
Gadis itu juga tak mengerti apa alasannya tetap bertahan. Yang gadis itu tahu, dirinya mencintai ‘dia’. Sesederhana itu.
Pada suatu titik, gadis itu menyerah. Pasrah. Mengikhlaskan semuanya. Melupakan mimpi-mimpi tentang ‘dia’ yang nyatanya tak lebih dari omong kosong belaka.
Gadis itu menyerah bukan karena lelah. Jika, karena lelah, mungkin sudah sedari dulu gadis itu menyerah. Ini tentang hal yang dia yakini. Sesuatu yang sulit untuk dijelaskan.
Menyerah tidak sama dengan melupakan bukan? Yang gadis itu lupakan adalah mimpi-mipinya bersama ‘dia’ yang terlalu tinggi. Sampai akhir perjuangannya pun, gadis itu tetap tak mengungkapkan perasaannya secara jelas.
Biarkan angin yang mengabarkan cintanya untuk sang pujaan hati, begitu pikir sang gadis naïf. Nyatanya, sampai saat ini pun cinta yang bertepuk sebelah tangan itu masih terus berlangsung. Gadis itu masih teramat mencintai ‘dia’. Dan ‘dia’ masih tetap tak membalas perasaan sang gadis.
Suatu hari, hati gadis itu benar-benar hancur. Hingga hampir tak bersisa. Kenapa? Surat undangan dengan warna ungu muda itu menyakitinya. Pandangannya kabur. Air mata meluncur tanpa aba-aba. Nyatanya, setelah sekian tahun perasaan itu masih ada.
Perasaan yang setengah mati berusaha dia ingkari. Nyatanya, masih ada. Tersimpan rapi di sudut hatinya.
Di tengah luka, gadis itu melakukan sesuatu yang menurutnya gila. Mengungkapkan perasaan cinta. Setidaknya semua harus selesai, tak apa cintanya bertepuk sebelah tangan. Tak apa dengan penolakan.
Kalian tahu, apa yang ‘dia’ katakan? Setelah semua kebencian yang dia tebarkan, hanya dua kata sebagai balasan pernyataan cinta sang gadis. Terima Kasih. Hanya itu.
Di tengah derai air mata, gadis itu tersenyum. Setidaknya, dia sudah menuntaskan tugasnya. Menyatakan perasaan yang dia punya.
Setidaknya dia tahu, tak banyak gadis sekuat dirinya, yang mempertahankan cinta yang bertepuk sebelah tangan selama bertahun-tahun lamanya. Entah gadis kuat, atau gadis yang terlalu bodoh. Apapun itu, gadis itu tak perduli. Atau setidaknya, mencoba tak perduli.
Nyatanya, setelah semua hal yang menyakitkan itu terjadi, gadis itu tetap tak bisa berpaling. Nyatanya, hanya ‘dia’.
Ironis? Gadis itu tahu! Sang gadis hanya berharap, saat terbangun esok hari bukan lagi ‘dia’ yang ada dihati. Dan dengan sekuat tenaga juga hati dia akan berusaha melupakan ‘dia’. Gadis itu akan melakukan berbagai cara. Cukup sudah semuanya.

Kalian tahu siapa gadis itu? Gadis itu… aku.
***
Postingan untuk GA yang diadakan oleh @NovelAddict_

Tidak ada komentar: