Kamis, 21 Mei 2015

Review Catatan Mantan Playboy








     First, tentang cover, di cover depan tertulis ‘KITA YANG PERNAH MEMPERMAINKAN CINTA WALAU TERKADANG TERLALU MUNAFIK UNTUK MENGAKUINYA
udah pasti ‘ngena’ dan bikin kita bertanya-tanya bagaimana isinya.

            Di awal setiap bab didukung dengan ilustrasi juga quote yang ngena. Baca buku ini tuh seraya kayak baca curhatan temen sendiri atau bahkan kisah kita sendiri(?), bener-bener real banget, romansa cinta masa sekolah, masalah-masalah remaja, di buku ini juga ada tentang keluarga.


            Bahasa yang digunakan sama Kak Tri Em benar-benar sederhana, mudah dimengerti, dan membuat kita merasa nyaman membaca, karena otak kita nggak perlu berpikir keras untuk mencerna kalimat demi kalimat, yang pasti semua ngalir gitu aja.


            Hubungan si Gunawan dengan mantan-mantannya menarik. Semua diceritain, mulai dari gimana awal kenal, pdkt, sampai putusnya, bro! Like a hysteria di dufan, bro XD


            Lewat novel ini kita kayak dibawa untuk tersenyum, ketawa, nyesek, sedih, juga merenung lewat gimana pemikiran juga kisah si tokoh utama. Intinya sih komplit.


            Novel ini bukan hanya tentang cinta, tapi gimana hidup seorang remaja, tentang keluarga, teman, pergaulan, sampai masalah sekolahan. Mulai dari awal kenal lawan jenis, tentang kita yang baru mengenal pertemanan, sampai main bukan hanya tentang sekolah dan sekolah.


            Intinya sih ya, banyak banget pelajaran yang bisa gue ambil setelah baca novel ini. Seriously.


            Buku ini recommended banget buat kamu-kamu di semua usia. Anak sekolahan yang baca ini akan berasa kayak dengerin sahabat sendiri lagi cerita. Dan buat kamu yang udah bukan anak sekolahan lagi mau dong bernostalgia sama masa muda? Tentang cerita jatuh cinta, indahnya remaja, juga gimana labil dan galau saat mencari jati diri.


            Di novel ini juga bertebaran banyak sekali quote. Enggak selalu puitis, bahasanya sederhana, tetapi cukup membuat kita termenung ataupun menganggukan kepala membenarkan pernyataan yang ada.


            Ini dia beberapa petikannya :


            Yang namanya pemberontak pastinya lebih mudah menghakimi pendapat orang lain daripada perkataannya sendiri.


            Saat kita nggak ingin memilih, sebenarnya itu juga merupakan suatu pilihan.


            

 

Sekian review dari saya yang tulisannya abal ini.

 


            Terakhir, terima kasih untuk Kak Tri Em. Maaf banget reviewnya sangat-sangat terlambat. Keep writing!


            Buat yang tertarik dengan novel ini bisa menghubungi Kak Tri Em di twitternya @triem_



Tidak ada komentar: